Ledakan Pariwisata Indonesia Setelah Pandemi Berakhir
Pandemi COVID-19 telah membuat seluruh umat manusia menghentikan mobilitasnya sehari-hari, seluruh aspek terdampak, dunia seakan berhenti. Sektor usaha yang mengharuskan bertransaksi langsung sudah tidak bisa dijalankan lagi karena kebijakan physical distance.
Sektor industri pariwisata salah satu yang terkena dampak cukup besar. Setiap daerah di Indonesia yang terkenal akan industri pariwisatanya, sekarang hanya bisa meratapi semua kejadian ini, mereka sangat terpukul atas kehadiran pandemi COVID-19, ditambah dengan ketidakpastian yang sangat tinggi tentang kapan ini semua berakhir. Makin membuat para pelaku industri pariwisata kebingungan dan tidak tahu harus berbuat apa.
Economist and director of the Center of Reform on Economics (CORE), Mohammad Faisal mengatakan bahwa sektor industri pariwisata akan memerlukan periode pemulihan yang cukup lama dibanding industri-industri lain yang terdampak, diperlukannya kembali kepercayaan orang untuk melakukan perjalanan lagi setelah pandemi dan juga perlu memastikan bahwa situasinya benar-benar aman dan terjamin sebelum keluar berpegian lagi, Hal tersebut yang akan memakan waktu. Faisal berbicara untuk The Jakarta Post pada tanggal 2 April 2020.
Berbanding terbalik dengan prediksi ekonom diatas, karena sektor pariwisata tahun lalu adalah salah satu kontributor utama bagi pendapatan devisa negara bersama dengan ekspor batubara dan kelapa sawit. Hal ini menjadikan Presiden Jokowi optimis bahwa Indonesia akan melihat Tourism boom atau booming pariwisata pada masa COVID-19 telah selesai.
Beberapa hal dasar yang akan menjadi fokus perhatian berkaitan dengan masalah higienitas, keselamatan, dan keamanan. Selain itu, pemerintah bakal mengadakan pelatihan bagi para pekerja di sektor pariwisata untuk bisa menggaet para turis. “Jadi benar-benar kita balik ke soal basic dan training mengenai hospitality untuk pasca COVID-19,” kata Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama Kusubandio usai rapat terbatas melalui video conference, Kamis (16/3).
Ini semua menajdi titik balik kebangkitan pariwisata kita, semuanya berbenah mempersiapkan diri untuk Tourism Boom yang dikatakan Pak Jokowi diatas.
Jika Pembatasan Sosial Berskala Besar dicabut dan WHO menyatakan tidak ada kasus positif baru, saat itulah waktu yang dinantikan dan normal baru akan muncul, tanpa kita sadari perubahan prilaku seperti: sikap jaga jarak aman, menjaga kebersihan, dan berhati-hati terhadap lingkungan sekitar pada saat berpergian ke luar negeri akan menjadi hal yang akan melekat pada diri kita setelah pandemi berakhir. Sebetulnya bukan normal baru tapi normal yang lebih baik.
“Setelah semua berakhir, turis akan jalan-jalan lagi. Balas dendam setelah berbulan-bulan di rumah atau istilahnya revenge tourism, Pada saat itulah pelaku pariwisata harus memanfaatkannya. Persiapan itu harus dilakukan dari sekarang,” Founder dan Chairman MarkPlus Tourism, Hermawan Kartajaya.
Ia juga menilai, walau diterpa pandemi virus corona, Bali menjadi contoh bagus dalam hal mengkombinasikan pariwisata. Hermawan memprediksi setelah COVID-19 ini berakhir, akan semakin banyak wisatawan yang menuntut pariwisata tak hanya dari segi harga, tetapi juga keberlangsungan lingkungan di destinasi tujuan. Nanti ke depan, wisatawan menginginkan destinasi berkualitas dengan menggabungkan ketiga unsur yakni, alam, keamanan lebih baik, dan sistem mitigasi.
Survei yang dilakukan oleh Alvara Research Center terhadap orang Indonesia tentang aktivitas yang akan dilakukan setelah wabah COVID-19 ini selesai. Menghasilkan jawaban tertingi ingin pergi ke tempat wisata dengan 21.8%, pergi bekerja 19.0%, bersilaturahmi dengan keluarga/teman 13.9% dan melakukan rutinitas seperti biasa 10.9%.
Dari survei yang dilakukan oleh Alvara Research Center bisa terlihat rata-rata masyarakat Indonesia haus akan berpergian setelah 2 bulan lebih dirumahkan dan traveling menjadi komoditas teratas yang akan diburu masyarakat. Tourism Boom akan benar-benar terjadi.
Bersiaplah bagi para pelaku industri pariwisata untuk beradaptasi dan melakukan SOP protokol di tiap-tiap tempat wisata, karena dari situ akan dapat menarik wisatawan untuk berkunjung.
Terus aktif di sosial media dengan membagikan foto-foto destinasi wisata yang cantik sebagai cara menaikkan keinginan masyarakat untuk memilih berbagai macam liburan di dalam negeri.
Apa yang bisa kita lakukan untuk mendorong pertemuan/interaksi sosial di masa depan setelah pandemi? Fokus pada bagaimana kita dapat mengatasi stigma yang diciptakan oleh social distance dan physical distance. Sifat manusia ingin berkumpul, tetapi penyebaran virus COVID-19 masih akan terus menghantui sampai vaksin ditemukan. Selain mengubah sikap, kita harus mendidik dan meyakinkan publik begitu pandemi ini berlalu.
Apa yang akan berbeda di hari esok? Responsif pemerintah terhadap kesehatan masyarakat menjadi tantangan di masa depan. Penutupan dan pembatasan perjalanan kemungkinan akan menjadi lebih umum dan menjadi cara cepat untuk memerangi pandemi jika terjadi lagi di masa depan. Jadikan ingatan kolektif untuk kita agar siap menghadapi jika hal seperti ini terjadi lagi.
Rencana strategis harus dapat ditempa secara alami. Strategi harus dapat diadaptasi, sementara taktiknya kaku dan preskriptif. Semakin taktis kita punya rencana, semakin tidak penting sekarang.
Buat revisi dan adaptasi dengan rencana strategis untuk mengakomodasi kebutuhan mendesak 18 bulan ke depan. Bagilah minggu dan bulan ke depan ke dalam periode waktu yang bisa diatur. Mari kita hadapi ini, jalan keluar dari krisis in pemulihan kerja bersama dan bergotong royong. Mulai dari pemangku kepentingkan, travel agent, serta pelaku usaha yang berada langsung dilapangan. Beradaptasi dengan semua ini terbilang cukup sulit tapi kita bisa melakukannya.
Tetaplah perlakukan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) wilayah, tahan untuk merelaksasikan PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar). Kita semua sudah tak tahan lagi lebih dari 2 bulan dirumah saja. Jangan sampai apa yang sudah kita lakukan selama ini sia-sia begitu saja. Kalau bisa naikkan PSBB menjadi skala Nasional. Pada akhirnya prediksi meredanya COVID-19 di akhir Juni bisa terealisasi dan mobilitas seluruh masyarakat Indonesia kembali walau dengan protokol kesehatan dimana-mana.